Tuesday, March 26, 2013

Jangan Berikan Anak Anda Motor!

http://bit.ly/WTubbu
Jangan Berikan Anak Anda Motor!
<a href="http://supermom.butikaini.com/?attachment_id=200" rel="attachment wp-att-200"><img class="alignleft size-full wp-image-200" alt="motor" src="http://supermom.butikaini.com/wp-content/uploads/2013/03/motor.jpg" width="320" height="240" /></a>Sepertinya judulnya radikal ya? hehe.. sebetulnya, lengkapnya seperti ini. Jangan Berikan Anak Anda yang Berumur di Bawah 17 Tahun Motor!

Awalnya prihatin aja. Ada kejadian waktu Bunda beli tempe mendoan untuk si Ayah. Selagi Bunda menunggu tempe mendoan itu digoreng, sambil menikmati lalu lalang sepeda motor, sepeda, dan orang-prang di sekita kompleks. Tiba-tiba datang sepeda motor yang dikendarai bocah, Bunda taksir usianya baru 9-10 tahunan. Sepeda motor itu tanpa tedeng aling-aling menabrak sepeda yang dikendarai 2 bocah kecil berboncengan usia 6-7 tahunan. Dan yang Bunda lihat, memang anak kecil bermotor itu yang salah, menyerempet sepeda yang mau belok kiri. Bocah bersepeda itu jatuh, tapi si anak yang menyerempet cuma bengong. Melihat sebentar, tanpa menolong lalu berlalu begitu saja. Seorang Bapak dan Bunda tergopoh-gopoh menghampiri bocah bersepeda itu yang sepertinya hendak bersekolah, dan lututnya lecet.

Peringatan untuk orang tua! Sepeda motor itu bukan sepeda gowes!

Tentu saja tidak sama. Sepeda motor itu adlah kendaraan bermotor, dimana pemerintah sudah menetapkan bahwa setiap pengendara kendaraan bermotor harus sudah memiliki Surat Izin Mengemudi. Tentu itu atas dasar riset. Bukan hanya atas dasar bisa saja, lalu anak diberikan sepeda motor. Psikologi Anak di bawah 17 tahun belum mampu untuk membawa kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor harus mengikuti rambu-rambu. Ngga cukup asal jalan saja, asal belok saja. Ada lampu sein yang harus dipergunakan, ada aturan jalan, ada aturan berhenti. Tidak seenak udel nya.

Bunda sebetulnya tidak menyalahkan bocah bermotor tersebut. Tapi gemes lebih kepada orang tuanya. Apa orang tuanya tidak khawatir jika anaknya diberikan sepeda motor sebelum waktunya. Mereka bisa celaka karena mereka belum matang. Belum mengerti. Jika tiba-tiba mereka belok kanan tanpa memberikan sein, sementara ada orang mau menyalip, bukankah itu sangat membahayakan. Jangan merasa bangga dulu jika anak sudah bisa mengendarai kendaraan bermotor, itu sama sekali bukan hal yang membanggakan dan patut dipamerkan. Harap bersabar sampai mereka mampu secara psikologis.

Begitu ya, yah.. bun...

Jika Anak Anda meminta, berikan pengertian bahwa mengendarai kendaraan bermotor bukan asal bisa saja. tapi memang harus mengerti rambu, oleh karena itu ada SIM.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk ayah bunda.

&nbsp;

Karena Hidup Haruslah Bermanfaat (Kisah Uang 1000 dan 100.000)

http://bit.ly/WTwWJZ
Karena Hidup Haruslah Bermanfaat (Kisah Uang 1000 dan 100.000)
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

<a href="http://supermom.butikaini.com/?attachment_id=166" rel="attachment wp-att-166"><img class="alignleft size-full wp-image-166" alt="kisah_uang_100_ribu_dan_seribu1" src="http://supermom.butikaini.com/wp-content/uploads/2013/02/kisah_uang_100_ribu_dan_seribu1.jpg" width="290" height="200" /></a>Masih ingat tentang cerita uang 1000 dan 100.000? Kalo yang belum tau, Bunda ceritain nih.. yang sudah tahu, me refresh aja ya...

Jadi ceritanya ada uang 1000 dan 100.000. Selepas dicetak di Peruri dan diedarkan oleh BI, meraka mengalami perjalanan dan petualangan yang berbeda. Uang 1000, begitu dikeluarkan langsung beredar di kalangan bawah, di pasar,  dipegang oleh tukang becak, tukang ojek, tukang parkir, bahkan pengemis. Sedangkan uang 100.000 masuk ke mall mall, dipegang oleh orang-orang cantik dan ganteng.

Alkisah, mereka bertemu di dompet seorang pemuda. Si uang 100.000 bertanya kepada uang 1000.

"Wahai uang 1000, kok badanmu buluk amat, bau, lecek. Kenapa bisa begitu?" Tanyanya dengan nada pongah, karena merasa dirinya bagus, kekar, dan wangi.

"Wahai uang 100.000. Wajarlah badanku lecek begini, aku kan dipegangnya sama tukang ojek, tukang becak, tukang ikan, tukang sayur, pengemis. Aku sangat sering berpindah-pindah makanya bau dan lecek. Tapi kau, wahai 100.000. Badanmu kekar, aromamu wangi. Kau tentulah sangat terpelihara?"

"Pastinya dong..! Aku sangat jarang keluar dompet, orang-orang sangat menyayangiku. Kalopun keluar, aku keluar di daerah yang bersih dan wangi. Seperti mall dan toko emas". Uang 100.000 tambah pongah.

Si uang 1000 terdiam sejenak.

"Kau sangat keren. Tapi...., pernahkan kau mampir di rumah yatim piatu?" tanya uang 1000.

Si uang 100.000 menggeleng.

"ngga. ngga pernah."

"kalo tempat ibadah?"

"ngga pernah juga"

"kalo di tangan seorang nenek-nenek yang menerima dengan rasa syukur yang sangat saat mendapatkanmu?"

Si uang 100.000 menggeleng lemah.

"aku ngga pernah mengalami semua itu. pemilikku biasanya sangat menjagaku."

Si uang 100.000 tercenung. Nyatalah bahwa ia sangat tak pantas pongah. Meskipun lecek dan bau, ternyata si uang 1000 mempunyai manfaat yag lebih banyak dibandingkan dirinya. Tentulah di mata Allah, yang lebih bermanfaat dan bertakwa yang lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dirinya yang bagus dan keren aja tapi kurang bermanfaat.

-----------------------

Kisah di atas setidaknya dapat kita ambil 2 pelajaran:

1. Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat. Apapun peran kita saat ini, berusahalah untuk selalu memberikan manfaat. entah itu untuk lingkungan terdekat kita yaitu keluarga, ataupun dalam lingkup lebih luas yaitu masyarakat dan alam. Ada sebuah quote menarik, yaitu: "bahwa seseorang dinilai bukan pada bagaimana dia mati, tapi bagaimana dia hidup".

2. Ternyata, memang uang 100.000 sangat jaraaaaaanngg digunakan untuk sedekah. jikapun ada, kadang berat melepasnya. Tapi, kata Ippho Santosa, sedekah itu harus dibiasakan banyak meski pada awalnya tidak ikhlas. Jika sudah terbiasa, maka sedekah besarpun akan ikhlas dengan sendirinya (yg ini masih terus dusahakan). Dan ingat, bahwa uang 100.000 jika dibawa ke mesjid terasa sangat besar, tapi jika dibawa ke mall, akan terasa kecil, dan kita takut kurang bawa uangnya.

&nbsp;

Memilih Sekolah yang Tepat untuk Balita

http://bit.ly/WTvozz
Memilih Sekolah yang Tepat untuk Balita
<a href="http://supermom.butikaini.com/?attachment_id=162" rel="attachment wp-att-162"><img class="alignleft size-medium wp-image-162" alt="sekolah alam" src="http://supermom.butikaini.com/wp-content/uploads/2013/02/sekolah-alam-300x225.jpg" width="386" height="290" /></a>Insya Allah di tahun ini Azka mulai bersekolah. Sebetulnya Bunda males kalo harus bilang <em>sekolah</em>. Karena Bunda hanya mencari wadah sosialisasi Azka yang lebih besar. Bermain yang terarah. Bukan mencari tempat untuk belajar membaca, berhitung, dan menulis. Makanya, Bunda mau share tentang Memilih Sekolah yang Tepat untuk Balita ini berdasarkan info-info yang Bunda baca dan pengalaman pernah bekerja di TK Al Mufid.

Awalnya, si Ayah maunya memasukkan Azka ke TK usia 3,5 tahun. Tapi, kok Bunda merasa, Azka masih kecil untuk harus ber"sekolah". Akhirnya BUnda bujuk-bujuk Ayah agar tahun depan aja memasukkan Azka sekolahnya. Agak aneh mungkin buat sebagian orang tua, yang bangga anaknya kecil-kecil sudah bisa baca tulis, Bunda jenis orangtua yang merasa, bukan waktunya BAlita diajari menulis, membaca, dan berhitung. Sesungguhnya, jika bukan karena tuntutan Sekolah DAsar yang mewajibkan calon siswanya bisa calistung sebelum masuk, Bunda rasanya ngga mau ngajarin Azka baca tulis dulu deh. Lebih baik seperti zaman Bunda dulu, kelas 1 SD baru diajarkan baca tulis. ingat negara Finlandia, yang kualitas pendidikannya nomor 1 di Dunia. Mereka mulai mengajarkan calistung sejak usia 7 tahun. tidak ada pengajaran calistung di bawah usia 7. kalo pengenalan huruf-huruf mungkin ada, itu pun sambil bermain dan harus atas partisipasi aktif anak.

Jadiiiiii....... Menimbang:

1. Usia Balita adalah usia bermain. Belajar pun harusnya bermain. Jangan samapai ada stress saat belajar karena bisa menimbulkan "kebantatan". ya! kebantatan. apa itu artinya? bantat dalam bahsa kue adalah kue yang sudah lama dioven atau dikukus, tapi tidak mengembang. begitu juga anak yang terlalu cepat diberi stress atau beban, nanti jadi bantat, tidak berkembang seperti yang seharusnya.

2. Terus terang, Bunda tadinya mau nyekolahin Azka di TKIT. Tapiii... setelah Bunda baca penelitian dari mahasiswa UNSOED kalo tidak salah (nanti kita bahas lagi), bahwa anak yang bersekolah di TK biasa dengan TKIT ternyata secara kematangan psikologis lebih bagus yang di TK biasa. Alasannya ya itu tadi, karena TKIT bisanya memberlakukan jam belajar yang lebih panjang, jadilah beban anak juga bertambah.

3. Bunda cari sekolah yang ngga ada PR. Di rumah untuk Balita adalah bermain. Bukan duduk mendeluk nulis atau menebalkan huruf-huruf karena tugas dari sekolah. Kalo anak mau nulis nulis, menggambar, melukis, buat prakarya, gunting-gunting..ya itu karena kemauan dia, bukan karena suatu "tugas" sekolah. Nah, berarti di sini Bunda yang harus lebih berperan aktif agar anak bisa menguasai berbagai macam kecerdasan dengan cara menyenangkan.

4. Bunda sebetulnya cari sekolah yang mengajak anak terjun ke alam juga. tapi, karena di sini sepertinya tidak ada yang seperti itu, berarti tugas Bunda ngajakin (bukan ngajarin) Azka untuk berkebun, nangkap ikan di "susukan", main becek-becekan, megang sapi, buat kue-kue dari tanah liat, dsb.

5. Bunda cari TK A yang kegiatan sehari-harinya adalah bermain dan bermain. Tepuk-tepuk, loncat-loncat, main warna, pokoknya main yang gurunya ikut bermain. Bukan sekolah yang bangkunya dijejerin rapi, trus guru di depan kelas.

Nah, dari pertimbangan-pertimbangan itu, jatuhlah pilihan Bunda pada satu TK di komplek perumahan yang katanya ngga ada PR dan kerjanya cuma tepuk tepuk aja. hehe... mudah-mudahan karakter Azka bisa terbangun mulai dari sini.

Ini sih pikiran Bunda ya.. Mungkin banyak Bunda lain tidak sejalan, ya gapapa. Kadang ibu lebih mengerti tabiat anak sendiri. :)

Oya, ini Bunda selipin artikel dari parenting.co.id. Rasa-rasanya mirip seperti yang Bunda pikirkan. ;)

&nbsp;

TRIK MEMILIH SEKOLAH ANAK

<span style="font-size: small;">Pilih-pilih sekolah anak</span>

Sudah ancang-ancang memasukkan si kecil ke sekolah tahun ini? Atau mungkin Anda malah sudah punya sekolah pilihan untuknya? Mengingat begitu banyaknya penawaran, inilah beberapa hal yang mungkin dapat membantu Anda mengambil keputusan:

Masa kanak-kanak adalah masa bermain. Jadi, jangan terlalu dini memaksakan pendidikan yang ‘serius’ bagi anak, agar masa bermainnya tidak terenggut. Apalagi kalau Anda masih membebani anak dengan sederet les tambahan, mulai dari membaca, berhitung, piano, balet, dll. Pendidikan untuk anak-anak di bawah usia enam tahun tak harus selalu berupa pendidikan formal. Playgroup atau taman bermain, prasekolah maupun TK seharusnya hanya menjadi fasilitator dalam menstimulasi perkembangan anak, baik fisik (motorik kasar maupun halus), mental (kognitif), emosi, sosial, dan kemampuan berbahasanya.

Pilih sekolah yang guru-gurunya memiliki ‘unconditional love’. Artinya, guru-guru di sekolah itu bisa menerima setiap anak apa adanya, dan bisa mengembangkan lingkungan yang disiplinnya positif. Sekolah tidak menuntut anak di luar kemampuannya, berusaha mengerti anak, dan mendorong anak untuk bisa dan bangga atas kemampuannya. Bukan dengan marah-marah atau memaksa anak untuk menyelesaikan lembar tugasnya.

Sekolah yang menggunakan konsep belajar melalui pengalaman (experiential learning), memberikan stimulasi pada anak melalui pengalaman bermain dan eksplorasi langsung terhadap dunia di sekitarnya. Sekolah-sekolah ini biasanya mengajak murid-muridnya langsung ‘terjun’ ke alam untuk mempelajari apa yang hendak dipelajari; seperti belajar tentang sapi dengan melihat langsung seekor sapi, atau kalau belajar menggambar, itu dilakukan di halaman atau di alam terbuka. Biasanya konsep seperti ini bisa ditemukan di sekolah-sekolah alam.

Ada pula sekolah yang mengedepankan konsep belajar aktif (active learning), dengan melatih anak untuk selalu kreatif dengan menciptakan berbagai kreasi dari benda-benda di sekitarnya. Contoh, kardus bekas tisu gulung, karton susu, kaleng bekas minuman. Namun yang jelas, sekolah yang baik tidak harus selalu yang gedungnya mentereng, atau alat-alatnya serba lengkap. Sekolah yang baik adalah yang bisa mendorong kemandirian anak, dan mengembangkan kemampuan sosial maupun kematangan emosinya

Bagaimana dengan soal bahasa? Benarkah sekolah bilingual lebih baik? Ternyata sampai sekarang para ahli masih memperdebatkan efektivitas mengajarkan dua bahasa (Inggris dan Indonesia) pada masa golden age anak (sampai usia 5 tahun). Bila anak tepat waktu dalam perkembangan bahasanya (cooing muncul di usia sekitar 2-3 bulan, babbling di usia sekitar 6-8 bulan, kata pertama di usia sekitar 1 tahun), kemungkinan besar ia tidak akan mengalami telat bicara. Dan bagi anak-anak ini, bersekolah di sekolah bilingual tidak akan jadi masalah. Sebaliknya, bila tahapan-tahapan itu tidak muncul di usia yang tepat, bahasa asing yang harus dia serap selain bahasa ibu, bisa-bisa malah membuat ia jadi telat bicara.

Satu lagi pertimbangan yang tak kalah penting adalah faktor biaya. Banyak orangtua rela membayar mahal agar anaknya memperoleh pendidikan terbaik. Tapi, tak ada salahnya tetap memperhitungkan apakah biaya yang Anda keluarkan akan sesuai dengan apa yang didapat si kecil bila bersekolah di situ. Uang sekolah yang tinggi, misalnya, tentu rasanya tak sepadan bila fasilitas pendidikan di sekolah tersebut ternyata kurang memadai. Tapi, semahal apa pun, jangan lupa untuk mempertimbangkan bahwa sekolah mahal dan fasilitas yang aduhai pun bukanlah segalanya.

Pantaskan Diri

http://bit.ly/WTuoLI
Pantaskan Diri
<a href="http://supermom.butikaini.com/?attachment_id=196" rel="attachment wp-att-196"><img class="alignleft size-full wp-image-196" alt="1302-pantaskan-diri" src="http://supermom.butikaini.com/wp-content/uploads/2013/03/1302-pantaskan-diri.png" width="300" height="300" /></a>Terkadang kita memimpikan sesuatu yang sangat tinggi, tapi tidak coba memantaskan diri. Tidak bertanya pada diri sendiri, pantaskah kita menerimanya. Ketika memimpikan punya yayasan yang bisa mendanai banyak gerakan amal, tapi kerja kita cuma melamun, tanpa ada aktivitas nyata, tidak memantaskan diri dengan bekerja, memperluas relasi yang sekiranya kita menjadi pantas untuk memiliki sebuah yayasan. Maka, <strong>pantaskan diri.</strong>

Ingin seorang calon suami yang shalih, baik, pengertian, dan pintar, tapi kita sendiri tidak berkualifikasi seperti itu. Pastinya itu hanya angan-angan saja. Jika terjadi pun itu paling ada 1 di antara seribu. Karena sesungguhnya, sebagaimana jodoh, rezeki pun harus sekufu dengan orangnya. Laki-laki yang baik, untuk wanita yang baik (yang pantas menerimanya). dan rezeki yang baik tentunya untuk orang yang baik, yang mau mengusahakan (yang pantas menerimanya).

Mendambakan isteri yang shalihah, berarti kita harus memperbaiki diri dulu. Jangan lantas beranggapan, ingin mempunyai suami/isteri shalih/ shalihah agar bisa membimbing kita ke depannya. Bayangkan jika Anda adalah si shalih/shalihah nya, apakah mau bersanding dengan orang yg tidak shalih, tentu tidak mau kan? pantaskan diri. dekatkan diri kepada Allah, berikhtiarlah karena Allah, dalam artian ikhtiar memang karena ingin berubah menjadi lebih baik, bukan karena ingin mendapatkan calon yang baik. Jika tujuannya hanya sebatas itu begitu kita mendapatkan, maka selesailah sudah, kita tidak mau meneruskan apa yang selama ini dibangun.

Ingin meraih mimpi yang sangat tinggi, memiliki omzet puluhan juta berbulan atau bahkan ratusan juta, bisa naik haji, bersedekah dalam bilangan juta, pantaskan diri. Berhenti mengeluh, mulailah bekerja, apapun itu. Menurut pak MArio Teguh, orang yang bakalan sukses adalah orang yang memperlakukan pekerjaan kecil seperti pekerjaan besar. Matikan TV, berhenti fesbukan dan twitteran, mulailah berkarya, apapun itu, yang merupakan susunan-susunan keping-keping batu bata mimpi Anda. Bangkitlah, perluas relasi, berjalanlah, bergaullah, semoga itu memudahkan mimpi Anda. dan yang terpenting, mendekatlah padaNya. dengan ikhlas, dengan harapan memperbaiki kehidupan diri sendiri agar bisa memperbaiki kehidupan banyak orang. Bangunlah, tahajudlah, ber dhuha lah, agar Allah meridhai dan memberkahi setiap rezeki yang mengalir. Bangkitlah, kunjungi ibu Anda, meminta maaflah dan mohon keridhoannya akan apa yang sedang Anda kerjakan sekarang, insya Allah menguatkan do'a-do'a Anda.

Terakhir, hati yang tulus dan jujur tudak kan mengkhianati kehidupan Anda. Tetaplah menyadari bahwa asal Anda adalah air yang hina, jangan pernah menyombongkan diri, karena dengan kehendakNya, Raja bisa jadi pengemis, dan pengemis jadi raja. Berjuanglah! Kita adalah manusi-manusia pilihan yang ditakdirkan bermanfaat untuk banyak orang. Bangkitlah!

&nbsp;

#Note for my self