http://bit.ly/1ec3CFo
Gara-gara Si "Gara-gara"
<a href="http://supermom.butikaini.com/?attachment_id=220" rel="attachment wp-att-220"><img class="alignleft size-full wp-image-220" alt="images" src="http://supermom.butikaini.com/wp-content/uploads/2013/10/images.jpg" width="284" height="177" /></a>Pernah dengar keluhan-keluhan seperti ini...?
<em>"Aduh, ngga jadi berangkat gara-gara hujan.."</em>
<em>"tuh, kaann.. gara-gara kamu jadi berantakan makanannya.."</em>
<em>"Gara-gara mikirin dia, aku ngga bisa tidur semalaman.."</em>
<em>"gara-gara..."</em>
<em>"gara-gara.."</em>
<em>"gara-gara..."</em>
Tahun 1990an adalah era Gara-gara. Ada Sitkom "Gara-gara" yang dibintangi Jimmy Gideon dan Lidya Kandouw dan juga lirik lagu "gara-gara". (Saya lupa penyanyinya).
Di era sekarang pun kita sering melihat kata "gara-gara" bersliweran di facebook atau twitter. Biasanya remaja dan ibu-ibu galau yang menulis status jenis ini.
Apakah Anda tahu, bahwa kata gara-gara ini tidak saya sukai? (terus, apa hubungannya? hehe..)
Maksud Saya, Saya tidak menyukai kata "gara-gara" ini, karena kesannya hanya bisa menyalahkan orang tanpa introspeksi diri sendiri.
"Gara-gara tukang sayur ngga lewat, jadi ngga masak deh.."
(<em>kenapa nyalahin tukang sayur? dia mungkin ada kepentingan, atau sayurannya udah habis jadi ngga lewat. kenapa ngga usaha cari sayur di tempat lain? Lagian, tukan sayur, mana tau ditungguin..?).</em>
"HP rusak nih, gara-gara dimainin anak-anak".
<em>(namanya juga anak-anak, kenapa dibiarin mainan hp kalo emang takut rusak. Simpan yang baik, kalo udah rusak ya emang kelalaian sebagai orang tua yang kurang hati-hati menjaga barang..).</em>
"Sinta jadi flu nih, gara-gara kehujanan".
<em>(Hujan mana tau situasi dan kondisi kita, dia turun dimana saja dia mau. Trus kenapa kita hujan-hujanan. Kan banyak alternatif lain, misalnya berhenti meneduh dulu. Kalo emang terpaksa harus menerobos hujan dan jadi sakit, itu namanya resiko. Bukan "gara-gara".)</em>
Dan masih banyak "gara-gara - gara-gara" lainnya. Marilah dari sekarang kita coba mengurangi kata "gara-gara" ini. BErhentilah menyalahkan orang lain dan keadaaan. Jika suatu keadaaan yang tidak enak terjadi pada kita, itu bukan "gara-gara", itu adalah konsekuensi (resiko) dari perbuatan kita atau terjadi memang karena kesalahan kita sendiri yang harus diinterospeksi.
Insya Allah, dengan mengurangi kata "gara-gara" ini, kita menjadi pribadi yang lebih positif dan tidak asal menyalahkan. Dan akan menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan gembira.
Stop blaming from now, kay...! :)
Gara-gara Si "Gara-gara"
<a href="http://supermom.butikaini.com/?attachment_id=220" rel="attachment wp-att-220"><img class="alignleft size-full wp-image-220" alt="images" src="http://supermom.butikaini.com/wp-content/uploads/2013/10/images.jpg" width="284" height="177" /></a>Pernah dengar keluhan-keluhan seperti ini...?
<em>"Aduh, ngga jadi berangkat gara-gara hujan.."</em>
<em>"tuh, kaann.. gara-gara kamu jadi berantakan makanannya.."</em>
<em>"Gara-gara mikirin dia, aku ngga bisa tidur semalaman.."</em>
<em>"gara-gara..."</em>
<em>"gara-gara.."</em>
<em>"gara-gara..."</em>
Tahun 1990an adalah era Gara-gara. Ada Sitkom "Gara-gara" yang dibintangi Jimmy Gideon dan Lidya Kandouw dan juga lirik lagu "gara-gara". (Saya lupa penyanyinya).
Di era sekarang pun kita sering melihat kata "gara-gara" bersliweran di facebook atau twitter. Biasanya remaja dan ibu-ibu galau yang menulis status jenis ini.
Apakah Anda tahu, bahwa kata gara-gara ini tidak saya sukai? (terus, apa hubungannya? hehe..)
Maksud Saya, Saya tidak menyukai kata "gara-gara" ini, karena kesannya hanya bisa menyalahkan orang tanpa introspeksi diri sendiri.
"Gara-gara tukang sayur ngga lewat, jadi ngga masak deh.."
(<em>kenapa nyalahin tukang sayur? dia mungkin ada kepentingan, atau sayurannya udah habis jadi ngga lewat. kenapa ngga usaha cari sayur di tempat lain? Lagian, tukan sayur, mana tau ditungguin..?).</em>
"HP rusak nih, gara-gara dimainin anak-anak".
<em>(namanya juga anak-anak, kenapa dibiarin mainan hp kalo emang takut rusak. Simpan yang baik, kalo udah rusak ya emang kelalaian sebagai orang tua yang kurang hati-hati menjaga barang..).</em>
"Sinta jadi flu nih, gara-gara kehujanan".
<em>(Hujan mana tau situasi dan kondisi kita, dia turun dimana saja dia mau. Trus kenapa kita hujan-hujanan. Kan banyak alternatif lain, misalnya berhenti meneduh dulu. Kalo emang terpaksa harus menerobos hujan dan jadi sakit, itu namanya resiko. Bukan "gara-gara".)</em>
Dan masih banyak "gara-gara - gara-gara" lainnya. Marilah dari sekarang kita coba mengurangi kata "gara-gara" ini. BErhentilah menyalahkan orang lain dan keadaaan. Jika suatu keadaaan yang tidak enak terjadi pada kita, itu bukan "gara-gara", itu adalah konsekuensi (resiko) dari perbuatan kita atau terjadi memang karena kesalahan kita sendiri yang harus diinterospeksi.
Insya Allah, dengan mengurangi kata "gara-gara" ini, kita menjadi pribadi yang lebih positif dan tidak asal menyalahkan. Dan akan menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan gembira.
Stop blaming from now, kay...! :)
No comments:
Post a Comment